Hanya sebuah pemikiran iseng
Tadi pagi saya bangun telat karena semalam tidur telat juga, akhirnya rencana buat masak tadi pagi gak jadi dan sarapan saya beli nasi kuning. Setelah beli nasi kuning, di perjalanan ke kantor saya berpapasan dengan beberapa orang pria yang membawa besi panjang bersama-sama, mereka mungkin tukang bangunan yang bekerja di sekitar situ, mereka berbaris ke belakang membawa besi itu di punggung mereka. Orang paling depan secara tidak sengaja bertatap langsung dengan saya yang sedang memperhatikan mereka, lalu orang paling depan tersebut tersenyum, mungkin pada saya.
Lalu tiba-tiba saya berpikir, mereka ini kenal Tuhan tidak ya? Bagaimana orang-orang seperti mereka bisa dijangkau oleh pelajaran tentang Firman Tuhan? Sementara pikiran dan tenaga mereka mungkin sudah habis digunakan untuk berpikir bagaimana menyendokkan sesuap nasi pada mulut mereka dan keluarganya?
Saya saja yang bekerja di lingkungan yang nyaman dan punya banyak waktu belajar tentang Firman Tuhan masih berat banget terkadang untuk datang pada Tuhan
Tapi kemudian Tuhan menyadarkan saya melalui pemikiran ini :
Hei.. Justru orang-orang seperti merekalah yang lebih mudah menerima pemberitaan tentang Kristus dibanding orang-orang terpelajar. Masih ingat siapa yang menyalibkan Tuhan Yesus? Merekalah imam-imam kepala, ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi. Mereka terpelajar? Tentu saja. Tapi kemudian justru merekalah yang tertutup hatinya dan tak bisa melihat tanda-tanda Mujizat yang diperlihatkan oleh Yesus dan tak percaya bahwa Ia lah Mesias dan kemudian menyiksa-Nya di kayu salib hingga mati.
Lalu siapa yang menerima Yesus? Dialah pengemis yang disembuhkan matanya dari kebutaan, dialah perempuan berzinah yang ingin dilempari hingga mati oleh orang-orang Farisi, dialah wanita yang mengalami pendarahan bertahun-tahun dan disembuhkan, dialah perempuan Samaria yang bergonta ganti suami tapi kemudian percaya, mereka yang tak punya makanan tapi mengikuti Yesus untuk mendengar pengajarannya lalu diberi makan oleh Yesus melalui mujizat lima roti dan dua ikan, dialah Matius si pemungut cukai yang kemudian menjadi murid Yesus, pemungut cukai adalah pekerjaan yang dipandang hina, tapi see? Kasih Kristus bekerja di dalamnya, dialah Simon Petrus si penjala ikan yang kemudian menjadi murid Yesus, yang paling amazing dialah Paulus yang membenci Yesus dan ingin membunuh semua orang yang percaya kepada-Nya tapi kemudian dibuat berbalik oleh Yesus dan menjadi pemberita firman yang luar biasa. Kalau mau mudah, kenapa Yesus tidak merekrut saja orang-orang pilihan dari antara ahli-ahli taurat itu yang notabene udah tau taurat dari dulu untuk dipakainya memberitakan Injil? Kan lebih mudah, udah ada dasar yang mereka punya, tinggal dipoles dikit jadi deh, tapi Tuhan memilih jalan memakai orang-orang kecil untuk menyatakan kebenaran-Nya.
Jadi, saya kemudian tersadar, hidup enak, berkesempatan mengenyam pendidikan yang lebih baik dari orang lain, berkesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari orang lain, hidup dalam lingkungan yang rajin beribadah, itu semua bukanlah ukuran kita akan mudah untuk menerima Kristus. Justru kita mungkin akan lebih mudah sombong karena semua itu, kita berpikir kita sudah hidup baik sehingga kita lupa, saya benar-benar kenal Kristus atau tidak ya?
Jangan-jangan kita seperti imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat yang terpelajar itu tapi tidak mampu melihat kebenaran Kristus dan bahkan menyalibkannya.
Tidakkah kita menyalibkan Kristus juga jika kita tahu kebenaran, kita rajin ke Gereja, lalu kemudian kita tidak melakukan perintah-Nya? Kita masih bergosip, kita masih berkeluh kesah, kita masih menyimpan dendam, kita masih iri hati dan dosa-dosa lain yang tetap kita perbuat sementara kita juga bersembunyi di balik pakaian indah keagamaan.
Tulisan saya ini, yang entah datang darimana inspirasi jadi nulis panjang gini padahal tadi niatnya pendek aja, juga sekaligus jadi tamparan keras buat saja. Saya masih begitu loooh, saya hidup dalam zona nyaman saya dan menganggap bahwa diri saya lebih baik dari orang-orang di luar sana. Saya merasa sombong karena dengan penghasilan saya, saya mampu membeli buku-buku rohani, atau mengikuti seminar yg saya mau buat membangun hidup kerohanian saya, tapi kemudian saya lupa, ketika otak saya sudah penuh dengan teori-teori agama, adakah saya benar-benar mengasihi Kristus?
Ya Tuhan, tidakkah saya serupa dengan ahli-ahli Taurat yang terpelajar tapi menyalibkan-Mu itu?
Maafkan saya ya Tuhan,
Maafkan saya..
Saya lemah ya Tuhan 😢😢
Komentar
Posting Komentar