Dari satu pertanyaan ini, jawaban semua orang di dunia yang saya tanyai adalah sama. Ah saya bener-bener pengen banget jadi orang yang bisa mendengar suara Tuhan dengan jelas, sayangnya dosa-dosa saya mungkin masih menjadi dinding tebal sehingga saya terkadang hanya mendengar samar-samar suaranya tentang jawaban dari pertanyaan ini.
Saya.. Pasti terlihat bodoh saat orang tahu bagaimana saya memandang semua ini sekarang, ya, saya menyangkal semua yang mereka katakan. Bukan karena saya tidak tahu dan telah dibutakan oleh dewi yang dipuja-puja oleh semua manusia bumi, saya tahu, saya bisa melihat dan memikirkan dengan jelas bahwa apa yang mereka katakan, dan itu memang yang paling masuk di akal.
Tapi.. Saya ingin memandang ini dari sebuah kepercayaan dan kasih.. Sekalipun yang mereka katakan itu benar, maka saya percaya sang anak akan kembali ke rumahnya, setelah ia lelah berjalan, dan sang ayah tetap menyambutnya dengan sukacita. Lalu saya yang melihat dari kejauhan pun akan ikut bersukacita, hei anak.. Saya juga turut mendoakanmu dalam hening malam, indah pagi dan terik siangku, meskipun tak sesungguh-sungguh ayahmu yang begitu sayang padamu.
Saya.. Adalah orang yang akan tersenyum lebar saat melihat kau berjalan dari kejauhan, mungkin dengan air mata kesedihan dan penyesalan karena kau telah bersenang-senang di atas kerisauan ayahmu, tapi tahukah kau? Beliau yang risau tetap menunggumu dengan segelas teh hangat, dan aku.. Cukup mengintip dari balik tembok. 😊
Karena kasih sesungguhnya adalah ketegasan dalam bentuk lain, bukan tentang mau saja dibodoh-bodohi.. Bukan. Tapi karena keinginan untuk melihat mereka yang lemah, bangkit kembali setelah diperdaya oleh perasaan kemenangannya yang semu..
Habiskan segera uangmu dan kembalilah pada ayahmu..
Segelas teh hangat yang disajikan ibuku itu mungkin sudah dingin, tapi tak apa, kita masih bisa membuat lagi yang hangat, agar ayahmu tak keluar dari pintu rumah dengan mukanya yang datar, saya sungguh ingin melihatnya tersenyum 💕
Komentar
Posting Komentar