Adalah seorang gadis, 'Puncak' namanya, dan seorang pendaki, sebut saja ia 'Angin'.
Puncak pernah mengagumi Angin, menginginkan sosok Angin ada bersamanya, "ah, akan bahagia hidupku jika bersama Angin", hari-harinya lalu terisi dengan khayalan hubungan yang romantis dengan Angin, berharap Angin akan datang dengan gagah berani menantang alam dan mendaki seperti seorang kesatria hingga puncaknya.
Puncak memberanikan diri mendekati Angin, dan gayung bersambut, Angin merespon tepat seperti khayalan Puncak. Angin berhasil mendapatkan Puncak. Tapi, sesuatu kemudia berkecamuk di dalam diri Puncak, ia ternyata tak pernah mencintai Angin, sang Puncak yang bimbang kemudian menjauhi Angin. Angin tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ia terus saja bertanya meminta penjelasan, tapi Puncak tak merespon, hatinya beku, tak ada rasa untuk tinggal dengan Angin. Puncak sadar, kini ia telah melukai Angin. Singkah cerita semua berakhir, Angin melepaskan Puncak dengan menanam harapan dalam hatinya, suatu hari Puncak akan kembali. Tapi tak pernah sedikitpun perasaan Puncak muncul kembali untuk Angin, memang mungkin tak pernah ada cinta untuk Angin.
Suatu hari kau menelpon temanku dan berkata aku memutuskanmu karena ada orang lain, kau samasekali salah, tak pernah ada orang lain. Alasan sebenarnya adalah: aku sadar hatiku tidak menginginkanmu, batinku tersiksa saat harus berpura-pura mencintaimu, kau sudah begitu antusias dan aku ingin melarikan diri, sungguh sebuah hubungan yang sakit, aku dengan tega mengakhiri semuanya karena tidak ingin kau tersakiti lebih dalam. Pernah terpikir olehku mempertahankannya, 'cinta akan tumbuh seiring waktu' pikirku, tapi hatiku lebih hebat memberontak, makan dengan segala resiko kuputuskan mengakhirinya, agar tanganmu tidak lagi menggenggam tanganku yang dingin, agar tanganmu kelak menemukan tangan yang hangat, yang memang ingin jika kau genggam.
Dan waktu membuktikan segalanya, kau akhirnya mendapatkan penggantiku bahkan sebelum aku sempat terpikir mencintai orang lain lagi. Boleh saja kau menganggap aku mengakhiri semuanya karna telah berkhianat dengan orang lain, biarlah kau berpikir seperti itu, tak apa bagiku, aku juga tak berminat membersihkan namaku, melihatmu bahagia aku turut bahagia. Dan memang benar, setelah lama waktu berlalu, kau pernah melakukan usaha kembali, lalu kau pun akhirnya bersama dengan jodohmu kini, tak pernah terbersit sedikitpun rasa riak riak cinta untukmu, aku merasa, keputusanku dulu sangatlah tepat, melepaskan tangan dinginku agar kau digengggam oleh tangan yang benar-benar hangat.
Di sini, setelah 2 tahun
Komentar
Posting Komentar