Prau, nama yang cukup asing di telinga saya saat pertama kali mendengarnya. Saya sering mendengar nama Gunung Gede, Merapi, Slamet, Lawu, Sumbing, Sindoro, Argopuro atau yang paling terkenal karena difilmkan yaitu Semeru, tapi Prau, saya mendengarnya H-2 sebelum saya berangkat ke sana. Gunung Prau terletak di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Rencana awal perjalanan kami adalah jalan-jalan ke Dieng dan menikmati sunrise di Bukit Sikunir, namun karena hujan badai sesuatu dan lain hal, rencana perjalanan berubah menjadi pendakian ke Gunung Prau. Saya cukup terkaget-kaget saat teman saya mengatakan kita jadinya ke Prau, naik gunung, saya yang hanya siap buat tamasya ria ke Dieng pun jadi galau mau ikut apa nggak, "gak jadi ke Dieng?" pertanyaan polos itu melontar begitu saja tanpa saya tahu kalau Prau itu adanya ya di Dieng juga.. hehe. "Tetap ke Dieng, cuma rencana awal ke Bukit Sikunir gak jadi, jadinya naik ke Prau", saya pun sempat kecewa, sudah terbayang indahnya menikmati Dieng dari Bukit Sikunir, apalagi melihat foto-foto di medsos yang begitu menggoda kini akan sirna.. hiks hiks..
Titik 2565 MDPL
Daaan... boleh dibilang kami memang beruntung, sampai di puncak, kami disambut oleh sunset.. sunset yang indah..
Brrrr.... Perjuangan Melawan Dingin
Setelah sang senja menyembunyikan dirinya, kamipun juga segera bergegas mencari tempat untuk mendirikan tenda, untuk menyembunyikan diri kami dari dinginnya cuaca yang mulai menusuk-nusuk, tapi tusukan cuaca dingin di Prau ini saya rasakan masih lebih mending daripada saat mendaki Papandayan, ternyata kuncinya adalah jangan tinggal diam meresapi hawa dingin itu, tetaplah bergerak, entah itu berjalan atau ngapain kek, dengan begitu rasa dingin akan berkurang. Setelah membangun tenda dan memasak, malam itu kami mengisi perut yang mulai keroncongan dengan nasi, indomie dan energen.. hehe.. malam itu terasa sangat panjang ketika dua teman kami merasa tidak enak badan, pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan di tenda kami para cewek, sementara para cowok di tenda sebelah sudah tertidur pulas. Saat kami berusaha untuk tidur, dari tenda sebelah kami mendengar suara orang ngobrol, 'kayaknya tenda sebelah hangat banget deh, gak kayak tenda kita' Tapi akhirnya kami berhasil melewati malam itu dan bangun keesokan subuhnya.. Untuk segera melihat sunrise, yang kata orang, sunrise di puncak Prau itu disebut sebagai golden sunrise, dan memang.. sunrisenya sangat indahhh.. huaaaaa...
The Golden Sunrise
Sungguh luar biasa Sang Pencipta menciptakan pemandangan seindah ini.. pemandangan yang bikin saya susah move on berminggu-minggu setelah sampai Jakarta dan pengen, pengen, pengen dan pengen lagi balik ke sini..
Setelah puas menyaksikan sunrise, kamipun bergegas untuk segera turun dari Prau
Setelah melihat sunrise, kami bergegas untuk membongkar tenda dan sarapan sebelum turun..
Come Back
Dan kamipun memulai perjalanan turun, melewati lagi jalan penuh debu dan tepi jurang yang harus dilewati dengan ekstra hati-hati
setelah melalui perjalanan panjang menuju 2565 mdpl Gunung Prau, kamipun sampai di bawah.. lega dan sedih juga.. masih pengen di atas.. hehe.. sampai di bawah, pakaian yang tak pernah berganti sejak kemarin pun sudah penuh dengan debu, ransel berdebu, apalagi kaki juga sangat berdebu, saat mengusap hidung dengan tissu, tissunya berwarna cokelat.. saking banyaknya debu, akhirnya saat sampai di basecamp, kamipun segera membersihkan diri ditemani dinginnya air Dieng di siang hari.. wkwkkw
Penjelasan singkat menuju Prau dari Jakarta :
Terminal Kampung Rambutan > ambil bus menuju Wonosobo > di terminal Wonosobo, ambil bus menuju Dieng.
estimasi biaya :
Jkt - Wonosobo (PP) : Rp. 180.000
Wonosobo - Dieng (PP) : Rp. 50.000
Tiket pendakian Prau : Rp. 10.000
Selebihnya biaya bekal makan, makan di sana, beli oleh2, dll estimasi sendiri yaa.. ^^
"Selagi ada uang, ada waktu dan ada teman, segeralah langkahkan kakimu.. karena kesempatan seperti itu akan sulit lagi untuk datang di kemudian waktu"
"Bukit Sikunir itu buat anak mami, lebih seru naik ke Prau" begitu komentar teman saya Alfi saat saya tanyakan tentang Prau. Saya pun akhirnya meng-oke-kan untuk ikut, meskipun kami yang cewek hanya akan berdua. Namun, di detik-detik terakhir sebelum berangkat, personil cewek bertambah dua orang, akhirnya yang fix akan ikut jadi bertujuh, tiga cowok dan empat cewek, yess..
Let's Go
Let's Go
Perjalanan kami dimulai dari Terminal Kampung Rambutan menuju Purwokerto (tarif busnya kalo gak salah 80ribu rupiah), yang mau ke Dieng bisa langsung ambil bus yang menuju Wonosobo, kami ke Purwokerto dulu karena mau mampir di rumah Alfi. Setelah menginap semalam di Purwokerto, esok paginya kami berangkat dengan bus menuju Wonosobo (Tarif bus Purwokerto-Wonosobo Rp. 20.000), perjalanan memakan waktus sekitar 2 jam, kami sampai di Terminal Wonosobo sekitar pukul 9.00 WIB, dan mencari angkutan yang menuju Dieng, kami sempat menunggu lama karena busnya tak kunjung berangkat, bus baru berangkat sekitar pukul 11.00, tarif bus sampai ke Dieng saya agak lupa, sekitar Rp. 25.000-an lah. Sesuai dengan namanya, 'Dataran Tinggi Dieng a.k.a Dieng Plateau, jalan menuju Dieng sungguh sangat menanjak dan berliku-liku, yang suka mabok darat bawa antimo ya kalo ke sana.. hehe, tapi perjalanannya gak lama-lama amat kok, sekitar sejam atau dua jam lah. Sepanjang perjalanan ke Dieng, kita akan disuguhi pemandangan indah di kanan kiri, jadi jangan tidur di mobil, pemandangannya terlalu indah untuk tidak kamu nikmati.. ^^
Here We Are, Di Hyang
Kami sampai di Dieng sekitar pukul 12 siang lewat dikit, karena hari itu hari Jumat, para cowok-cowok Sholat Jumat dulu sementara kami cewek-cewek nungguin di pos basecamp pendakian Prau, sambil berselfie-selfie ria.. hehe..
Setelah Istirahat dan yang lain udah pada Sholat, perut kami pun mulai krucuk-krucuk minta diisi, kebetulan di tempat itu memang ada beberapa warung makan, kami pun memutuskan masuk ke sebuah warung yang menjual bakso, mie ayam, dan sejenisnya, ternyata ada menu yang namanya mie ongklok, karena penasaran, sebagian besar dari kami memesan mie ongklok tersebut..
setelah pesanan datang, kami pun segera menyantap.. mie ongklok... hmmm buat saya pribadi sih biasa aja, kuahnya kental gitu.. lebih enak mie ayam atau mie yamin yg di kantin BPS.. wkkwkw
Setelah makan, kami masih belum tahu, mau langsung naik ke atas (Prau), atau jalan-jalan dulu di sekitaran Dieng ini. Setelah berdiskusi kami pun memutuskan untuk naik terlebih dahulu, besok baru agenda jalan-jalan di tempat wisata di Dieng ini. Untuk naik ke atas, kita dikenakan biaya Rp. 10.000/org, dan satu rombongan harus meninggalkan 1 KTP, setelah itu kita akan diberikan peta pendakian.
Mulai Manjat
Foto jalur pendakian gunung Prau via Dieng Wetan bisa dilihat di atas, jadi untuk naik ke Prau bisa lewat jalur ini, bisa juga via Patak Banteng. Dari Panitia, ada banyak aturan yang harus kita patuhi, seperti pendakian pada umumnya lah, semisal, dilarang membawa alat musik, memetik bunga, membuang sampah sembarangan, menyalakan api unggun, dsb, jika aturan tersebut dilanggar maka ada sangsi, misal membuang sampah sembarangan dikenai denda 2 bibit, mungkin maksudnya kita harus membeli/menanam 2 bibit tanaman untuk ditanam lagi.
Nah, setelah semuanya siap, kamipun bergegas untuk naik ke atas, pendakian kami dimulai sekitar pukul 2.. Sesuai dengan yang tertera pada peta, pendakian menuju Gunung Prau via Dieng Wetan ini akan melalui 3 pos sebelum sampai di puncak.
Perjalanan awal menuju Gunung Prau, kita akan melewati ladang milik warga sekitar.
segera setelah kita melewati ladang milik warga, kita akan segera sampai di pos 1, cukup dekat ternyata.. hehe..
Pemandangan dari kaca bus |
Kami sampai di Dieng sekitar pukul 12 siang lewat dikit, karena hari itu hari Jumat, para cowok-cowok Sholat Jumat dulu sementara kami cewek-cewek nungguin di pos basecamp pendakian Prau, sambil berselfie-selfie ria.. hehe..
![]() |
kakinya masih pada bersih..belum tahu rintangan pas nanjak nanti apa.. wkwkwk |
![]() |
Amel, Alfi, Julmi, Fadilah |
![]() |
mie ongklok |
Setelah makan, kami masih belum tahu, mau langsung naik ke atas (Prau), atau jalan-jalan dulu di sekitaran Dieng ini. Setelah berdiskusi kami pun memutuskan untuk naik terlebih dahulu, besok baru agenda jalan-jalan di tempat wisata di Dieng ini. Untuk naik ke atas, kita dikenakan biaya Rp. 10.000/org, dan satu rombongan harus meninggalkan 1 KTP, setelah itu kita akan diberikan peta pendakian.
![]() |
foto ini saya ambil dari blog orang (http://missrisna.blogspot.co.id) tanpa izin, sekiranya orangnya kurang berkenan, silakan komen dan saya akan menghapusnya. |
Foto jalur pendakian gunung Prau via Dieng Wetan bisa dilihat di atas, jadi untuk naik ke Prau bisa lewat jalur ini, bisa juga via Patak Banteng. Dari Panitia, ada banyak aturan yang harus kita patuhi, seperti pendakian pada umumnya lah, semisal, dilarang membawa alat musik, memetik bunga, membuang sampah sembarangan, menyalakan api unggun, dsb, jika aturan tersebut dilanggar maka ada sangsi, misal membuang sampah sembarangan dikenai denda 2 bibit, mungkin maksudnya kita harus membeli/menanam 2 bibit tanaman untuk ditanam lagi.
Nah, setelah semuanya siap, kamipun bergegas untuk naik ke atas, pendakian kami dimulai sekitar pukul 2.. Sesuai dengan yang tertera pada peta, pendakian menuju Gunung Prau via Dieng Wetan ini akan melalui 3 pos sebelum sampai di puncak.
Perjalanan awal menuju Gunung Prau, kita akan melewati ladang milik warga sekitar.
segera setelah kita melewati ladang milik warga, kita akan segera sampai di pos 1, cukup dekat ternyata.. hehe..
Ajiz, Dilah, Julmi, Alfi, Amel, Wahyu.. pic take by : Fadli |
Ternyata, ucapan selamat datangnya setelah kita melalui pos 1, daaan.. di sinilah petualangan seru dimulai, jalan menuju Prau sangat berdebu mulai dari tempat ini, yang punya penyakit sesak napas kayaknya mesti ekstra persiapan kalo mau naik Prau, dan itu tidak hanya di jalur tertentu saja, sepanjang jalan hingga sampai ke puncak semuanya berdebu, kecuali saat melewati semak belukar di tepi jurang. Tapi di sisi lain, kita akan ditemani oleh jejeran bunga Daisy yang tumpuh di sepanjang perjalanan.
Daisy di Prau |
Setelah berjalan dan beberapa kali istirahat, kamipun akhirnya sampai di Pos 2, menikmati pemandangan dan istirahat cukup lama di sini.
kaki-kaki yang penuh debu |
Setelah beristirahat, kami kemudian melanjutkan perjalanan lagi karena sore akan segera datang.. Melewati pos 3, kami tak berlama-lama di sana dan terus melanjutkan perjalanan..
Titik 2565 MDPL
Daaan... boleh dibilang kami memang beruntung, sampai di puncak, kami disambut oleh sunset.. sunset yang indah..
![]() |
yeayy.. kami ada di Puncaak |
![]() |
"kamu.. seperti sunset, yang indah untuk kunikmati tapi tak bisa kugapai.. ea ea.. baper" |
Setelah sang senja menyembunyikan dirinya, kamipun juga segera bergegas mencari tempat untuk mendirikan tenda, untuk menyembunyikan diri kami dari dinginnya cuaca yang mulai menusuk-nusuk, tapi tusukan cuaca dingin di Prau ini saya rasakan masih lebih mending daripada saat mendaki Papandayan, ternyata kuncinya adalah jangan tinggal diam meresapi hawa dingin itu, tetaplah bergerak, entah itu berjalan atau ngapain kek, dengan begitu rasa dingin akan berkurang. Setelah membangun tenda dan memasak, malam itu kami mengisi perut yang mulai keroncongan dengan nasi, indomie dan energen.. hehe.. malam itu terasa sangat panjang ketika dua teman kami merasa tidak enak badan, pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan di tenda kami para cewek, sementara para cowok di tenda sebelah sudah tertidur pulas. Saat kami berusaha untuk tidur, dari tenda sebelah kami mendengar suara orang ngobrol, 'kayaknya tenda sebelah hangat banget deh, gak kayak tenda kita' Tapi akhirnya kami berhasil melewati malam itu dan bangun keesokan subuhnya.. Untuk segera melihat sunrise, yang kata orang, sunrise di puncak Prau itu disebut sebagai golden sunrise, dan memang.. sunrisenya sangat indahhh.. huaaaaa...
The Golden Sunrise
Sungguh luar biasa Sang Pencipta menciptakan pemandangan seindah ini.. pemandangan yang bikin saya susah move on berminggu-minggu setelah sampai Jakarta dan pengen, pengen, pengen dan pengen lagi balik ke sini..
Setelah puas menyaksikan sunrise, kamipun bergegas untuk segera turun dari Prau
Setelah melihat sunrise, kami bergegas untuk membongkar tenda dan sarapan sebelum turun..
sarapan dulu, biar ada tenaga buat turun |
cieee.. Raline Shah dan Herjunot Ali.. |
Dan kamipun memulai perjalanan turun, melewati lagi jalan penuh debu dan tepi jurang yang harus dilewati dengan ekstra hati-hati
awas.. agak ke kanan yaa.. jgn ke kiri, ntar jatoh.. |
perjalanan ke bawah, saya sempat kepeleset dan keseleo.. hehe |
akar cinta katanya |
setelah melalui perjalanan panjang menuju 2565 mdpl Gunung Prau, kamipun sampai di bawah.. lega dan sedih juga.. masih pengen di atas.. hehe.. sampai di bawah, pakaian yang tak pernah berganti sejak kemarin pun sudah penuh dengan debu, ransel berdebu, apalagi kaki juga sangat berdebu, saat mengusap hidung dengan tissu, tissunya berwarna cokelat.. saking banyaknya debu, akhirnya saat sampai di basecamp, kamipun segera membersihkan diri ditemani dinginnya air Dieng di siang hari.. wkwkkw
Penjelasan singkat menuju Prau dari Jakarta :
Terminal Kampung Rambutan > ambil bus menuju Wonosobo > di terminal Wonosobo, ambil bus menuju Dieng.
estimasi biaya :
Jkt - Wonosobo (PP) : Rp. 180.000
Wonosobo - Dieng (PP) : Rp. 50.000
Tiket pendakian Prau : Rp. 10.000
Selebihnya biaya bekal makan, makan di sana, beli oleh2, dll estimasi sendiri yaa.. ^^
"Selagi ada uang, ada waktu dan ada teman, segeralah langkahkan kakimu.. karena kesempatan seperti itu akan sulit lagi untuk datang di kemudian waktu"
Miss this moment,,,,when we can go again :(
BalasHapusah kirain siapaa yg komen.. ternyata elo Juul.. pengunjung blog ini kayaknya elo seorang deh.. hiks dedek terharu..
Hapuswkwkkwwkkw....yah meninjau perkembangan dek amel dalam memanfaat blog buat nulis. :)
BalasHapusMau lagi :(
BalasHapusRinduuu
BalasHapus