Akhirnya saya punya kesempatan untuk jalan-jalan ke Taman Wisata Alam Angke Kapuk atau yang populer disebut sebagai 'Mangrove' saja ini.. Pada postingan sebelumnya yang bisa dilihat di sini , saya pernah bercerita tentang niat kami mengunjungi taman wisata alam yang berujung pada jalan-jalan nyasar, ke Mangrove juga sih, tapi bukan tempat yang sebenarnya kami tuju, daaan.. hari Rabu kemarin (9 Des 2015), karena lagi libur nasional Pilkada serentak, sayapun punya kesempatan buat jalan-jalan di sela-sela kesibukan bekerja sebagai anak magang (ceileh.. )..
Jadi, Taman Wisata Alam Angke Kapuk ini adalah sebuah hutan mangrove, tau mangrove kan? tau doong.. jadi mangrove dikenal juga sebagai bakau, hutan mangrove ini punya banyak manfaat, di antaranya nih : Mencegah erosi dan abrasi pantai, apa sih erosi dan abrasi itu? erosi adalah pengikisan tanah akibat aliran air, sedangkan abrasi adalah pengikisan permukaan tanah oleh hempasan ombak, nah kebayang kan kalau erosi dan abrasi terus-terusan terjadi, daratan yang kita tinggali bisa semakin berkurang, ntar tiba-tiba rumah kita yang jauh dari laut tiba-tiba bangun pagi liat jendela, eh kok udah laut aja di samping rumah nih,, hehe.. nah itulah fungsi hutan bakau atau hutan mangrove untuk mencegah erosi dan abrasi ini, dia memiliki akar yang efisien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir, sehingga dapat menjadi pelindung pengikisan tanah akibat air. Masih ada lagi gak fungsi yang lainnya? ternyata mangrove juga berfungsi sebagai pencegah dan penyaring alami, hutan mangrove biasanya dipenuhi akar pohon bakau dan berlumpur, nah akar tersebut dapat mempercepat penguraian limbah organik yang terbawa ke wilayah pantai. Selain pengurai limbah organik, hutan mangrove juga dapat membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut seperti minyak dan diterjen, dan merupakan penghalang alami terhadap angin laut yang kencang pada musim tertentu. Manfaat lainnya juga sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa. Nah, masih penasaran dengan manfaat mangrove lainnya? silakan digoogling deh.. hehe
Kembali ke cerita perjalanan kami ke Mangrove. Untuk menuju ke sana, kita perlu naik angkutan yang tepat, jangan sampai nyasar lagi seperti yang saya tulis pada tulisan sebelumnya. Saya berangkat dari Otista, Jakarta Timur dengan menggunakan bus transjakarta arah Harmoni, selanjutnya transit di Harmoni dan mengambil bus arah Blok M dan turun di halte Monas. Jadi, pada intinya kalau mau ke Mangrove, kita menunggu BKTB (bus kota terintegrasi busway) di Monas, BKTB ini datangnya tidak sesering busway berseliweran, jarak antar bus untuk menjemput penumpang bisa sekitar satu jam. Saat kami sampai di halte Monas dan menanyakan pada petugas transjakarta yang lagi on board di halte tersebut, ternyata bus arah PIK (Pantai Indah Kapuk) baru saja pergi sepuluh menit yang lalu, "mbak duduk aja dulu, bus berikutnya masih lama lagi datangnya", kata Abang petugas. "Sejam ada bang?" tanya teman saya, Julmi. "ya, bisa segitu mbak", huaaa.. kami pun bergegas duduk, masih lama juga datangnya, sempat terpikir untuk ke tempat lain saja tapi niat itu kami urungkan, jangan plin plan deh, ntar malah berantakan liburannya.. hehe.. Saat tengah asyik bercerita bersama Julmi sambil menunggu bus datang, tiba-tiba saya sakit perut, dan tak tertahankan.. wkwkkw.. akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari halte dan mencari toilet terdekat, untungnya di depan halte ada pos polisi dan di belakangnya ada toilet.. wkwkkw.. saat kembali lagi ke halte, kami harap-harap cemas, jangan-jangan busnya sudah lewat dan kami harus menunggu yang berikutnya lagi, tapi ternyata belum, legaa.. Semakin banyak juga orang yang menunggu BKTB di halte itu, kebanyakan anak muda yang saya duga tujuannya sama seperti kami, ke Mangrove, dan ternyata memang benar, hehe..
Setelah sekitar sejam menunggu, BKTB pun datang, dan penumpang segera naik, jadi kalau naik BKTB ini kita harus bayar lagi sebesar RP. 2.500 untuk sampai di PIK. Setelah menempuh perjalanan sekitar sejam, sempat tertidur di atas BKTB, kami pun sampai di depan sekolah Buddha Tzu Chi, para penumpang bergegas turun, dan BKTBnya langsung kosong, hanya tersisa beberapa penumpang, ternyata memang hampir semua penumpang BKTB ini tujuannya mau ke Mangrove.
Sampai di sana, setelah membeli tiket seharga Rp. 25.000/org, kami langsung menuju Masjid karena Julmi mau Sholat, dan saya menunggu di teras Masjid ditemani pemandangan hutan mangrove yang indah.. Masjidnya bagus deh, semua bagiannya terbuat dari kayu..
Setelah Julmi Sholat, karena hari sudah siang, dan perut sudah krucuk-krucuk, kamipun memutuskan untuk makan siang dengan bekal yang sudah disiapkan oleh Julmi, meskpun lauknya sederhana ala anak kost tapi saat lapar semuanya jadi nikmat.. tsaah..
Setelah makan siang kami pun bergegas untuk masuk ke dalam, ternyata sebelum masuk ke kawasan hutan mangrovenya kita diperiksa dulu oleh satpam, memperlihatkan tiket dan satpam akan menanyakan : "bawa kamera? kalau bawa silakan dititip atau bayar satu juta kalau mau bawa masuk", karena saya membawa camdig saya pun menanyakan, "kalau camdig gini boleh nggak?", "oh itu tetap dikenakan biaya satu juta" set dah, dengan terpaksa saya menitipkan kamera itu, "kalau hp boleh mas?" "boleh", jawab satpamnya.. dan saya gagal paham, apa bedanya kamera saya yang kuno dengan kamera hp jaman sekarang yang pixelnya juga tinggi-tinggi..
Ternyata di dalam kawasan ini banyak orang yang datang untuk melakukan sesi foto prawedding, larangan untuk membawa masuk kamera atau dikenakan biaya sejuta mungkin karena itu. Cuaca di kawasan hutan mangrove ini cukup panas, ya seperti cuaca Jakarta pada umumnya tapi sepertinya ini lebih panas lagi karena berada di dekat pantai, disarankan kalau takut item pakai sunblock secukupnya, bawa payung dan jangan pakai pakaian mini..
Well.. foto-foto di dalam kawasan hutan mangrove ini cuma dikit, selain karena kamera hp kami yang sederhana, juga karena hpnya lobet.. tapi menikmati liburan bukan soal berapa banyak gambar yang tercipta tapi seberapa banyak kita menikmatinya, menyadari kebesaran Sang Maha Kuasa dengan menikmati Ciptaan-Nya. Di tengah-tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang sibuk, dikelilingi gedung-gedung tinggi yang bersebelahan dengan pemukiman kumuh penduduk di bantaran kali, masih ada tempat indah bertemakan alam yang bisa kita kunjungi di ibukota tercinta ini..
Foto-foto berikutnya adalah foto-foto setelah camdig saya ambil dari tempat penitipan, kawasan Masjid yang tak kalah indahnya dengan mangrove yang di dalam masih bisa terekam dengan menggunakan camdig ini.. hehe
Sekian cerita perjalanan kami ke Mangrove, berikut saya ringkaskan cara ke sana dan estimasi biaya :
Cara ke sana :
Ke halte busway Monas, bisa juga dari Harmoni, tapi kalau mau duduk sebaiknya dari Monas aja (perjalanan lumayan jauh) > turun di depan sekolah Buddha Tzu Chi, jangan malu2 bertanya sama abangnya dan bilang mau ke Mangrove, setelah sampai di Sekolah Buddha, turun dan jalan ke dalam sekitar 500 m, kadang ada angkot juga.
Estimasi biaya :
Busway : Rp. 3.500
BKTB : Rp. 2.500
Tiket masuk : Rp. 25.000
Angkot pulang : Rp. 10.000 (sampai Kota Tua)
Busway : Rp. 3.500
Makan : silakan estimasi sendiri, kami bawa bekal jadi gak tau harga makanan di restoran di sana
Tips :
1. Pakai Sunblock, di sana panas
2. Bawa payung, buat melindungi dari panas atau hujan
3. Jangan pakai wedges, heels atau flat shoes yang bikin kaki luka di bagian belakang. Pakai sendal/sepatu yang nyaman, karena jalannya terbuat dari kayu dan bambu yang gak rata, jangan sampai kamu nyiksa diri sendiri.
4. Bawa bekal aja, lebih murah dan sehat.. wkwkw
5. Gak usah bawa SLR atau camdig kamu kalo gak nyiapin uang Rp. 1.000.000 buat disumbangin ke mereka.. wkkwkw
6. Pulangnya gak usah naik BKTB, langsung naik angkot dari depan pintu gerbang kawasan wisata ini aja, angkotnya menuju Kota Tua, lebih memudahkan untuk mencari transportasi lain ke berbagai tujuan di Jkt. Knp saya sarankan seperti ini? karena katanya armada BKTB menuju PIK ini hanya ada 4 unit, jadi jarak waktu dia jemput penumpang lama, kalau kamu beruntung pas keluar langsung ada sih bagus, tapi kalau mesti nunggu lama kan gak enak juga, jadi saran saya mending ngeluarin duit lebih banyak (Rp. 10.000) buat naik angkot. Selain itu angkotnya menuju Kota, kamu bisa sekalian mampir main lagi di Kota Tua menikmati bangunan tempoe doloe kota Jakarta.
Sekian dan selamat berpetualang..
Salam Indonesia Indah ^^
Jadi, Taman Wisata Alam Angke Kapuk ini adalah sebuah hutan mangrove, tau mangrove kan? tau doong.. jadi mangrove dikenal juga sebagai bakau, hutan mangrove ini punya banyak manfaat, di antaranya nih : Mencegah erosi dan abrasi pantai, apa sih erosi dan abrasi itu? erosi adalah pengikisan tanah akibat aliran air, sedangkan abrasi adalah pengikisan permukaan tanah oleh hempasan ombak, nah kebayang kan kalau erosi dan abrasi terus-terusan terjadi, daratan yang kita tinggali bisa semakin berkurang, ntar tiba-tiba rumah kita yang jauh dari laut tiba-tiba bangun pagi liat jendela, eh kok udah laut aja di samping rumah nih,, hehe.. nah itulah fungsi hutan bakau atau hutan mangrove untuk mencegah erosi dan abrasi ini, dia memiliki akar yang efisien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir, sehingga dapat menjadi pelindung pengikisan tanah akibat air. Masih ada lagi gak fungsi yang lainnya? ternyata mangrove juga berfungsi sebagai pencegah dan penyaring alami, hutan mangrove biasanya dipenuhi akar pohon bakau dan berlumpur, nah akar tersebut dapat mempercepat penguraian limbah organik yang terbawa ke wilayah pantai. Selain pengurai limbah organik, hutan mangrove juga dapat membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut seperti minyak dan diterjen, dan merupakan penghalang alami terhadap angin laut yang kencang pada musim tertentu. Manfaat lainnya juga sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa. Nah, masih penasaran dengan manfaat mangrove lainnya? silakan digoogling deh.. hehe
Kembali ke cerita perjalanan kami ke Mangrove. Untuk menuju ke sana, kita perlu naik angkutan yang tepat, jangan sampai nyasar lagi seperti yang saya tulis pada tulisan sebelumnya. Saya berangkat dari Otista, Jakarta Timur dengan menggunakan bus transjakarta arah Harmoni, selanjutnya transit di Harmoni dan mengambil bus arah Blok M dan turun di halte Monas. Jadi, pada intinya kalau mau ke Mangrove, kita menunggu BKTB (bus kota terintegrasi busway) di Monas, BKTB ini datangnya tidak sesering busway berseliweran, jarak antar bus untuk menjemput penumpang bisa sekitar satu jam. Saat kami sampai di halte Monas dan menanyakan pada petugas transjakarta yang lagi on board di halte tersebut, ternyata bus arah PIK (Pantai Indah Kapuk) baru saja pergi sepuluh menit yang lalu, "mbak duduk aja dulu, bus berikutnya masih lama lagi datangnya", kata Abang petugas. "Sejam ada bang?" tanya teman saya, Julmi. "ya, bisa segitu mbak", huaaa.. kami pun bergegas duduk, masih lama juga datangnya, sempat terpikir untuk ke tempat lain saja tapi niat itu kami urungkan, jangan plin plan deh, ntar malah berantakan liburannya.. hehe.. Saat tengah asyik bercerita bersama Julmi sambil menunggu bus datang, tiba-tiba saya sakit perut, dan tak tertahankan.. wkwkkw.. akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari halte dan mencari toilet terdekat, untungnya di depan halte ada pos polisi dan di belakangnya ada toilet.. wkwkkw.. saat kembali lagi ke halte, kami harap-harap cemas, jangan-jangan busnya sudah lewat dan kami harus menunggu yang berikutnya lagi, tapi ternyata belum, legaa.. Semakin banyak juga orang yang menunggu BKTB di halte itu, kebanyakan anak muda yang saya duga tujuannya sama seperti kami, ke Mangrove, dan ternyata memang benar, hehe..
Setelah sekitar sejam menunggu, BKTB pun datang, dan penumpang segera naik, jadi kalau naik BKTB ini kita harus bayar lagi sebesar RP. 2.500 untuk sampai di PIK. Setelah menempuh perjalanan sekitar sejam, sempat tertidur di atas BKTB, kami pun sampai di depan sekolah Buddha Tzu Chi, para penumpang bergegas turun, dan BKTBnya langsung kosong, hanya tersisa beberapa penumpang, ternyata memang hampir semua penumpang BKTB ini tujuannya mau ke Mangrove.
Sampai di sana, setelah membeli tiket seharga Rp. 25.000/org, kami langsung menuju Masjid karena Julmi mau Sholat, dan saya menunggu di teras Masjid ditemani pemandangan hutan mangrove yang indah.. Masjidnya bagus deh, semua bagiannya terbuat dari kayu..
Pemandangan di luar Masjid |
Setelah makan siang kami pun bergegas untuk masuk ke dalam, ternyata sebelum masuk ke kawasan hutan mangrovenya kita diperiksa dulu oleh satpam, memperlihatkan tiket dan satpam akan menanyakan : "bawa kamera? kalau bawa silakan dititip atau bayar satu juta kalau mau bawa masuk", karena saya membawa camdig saya pun menanyakan, "kalau camdig gini boleh nggak?", "oh itu tetap dikenakan biaya satu juta" set dah, dengan terpaksa saya menitipkan kamera itu, "kalau hp boleh mas?" "boleh", jawab satpamnya.. dan saya gagal paham, apa bedanya kamera saya yang kuno dengan kamera hp jaman sekarang yang pixelnya juga tinggi-tinggi..
Ternyata di dalam kawasan ini banyak orang yang datang untuk melakukan sesi foto prawedding, larangan untuk membawa masuk kamera atau dikenakan biaya sejuta mungkin karena itu. Cuaca di kawasan hutan mangrove ini cukup panas, ya seperti cuaca Jakarta pada umumnya tapi sepertinya ini lebih panas lagi karena berada di dekat pantai, disarankan kalau takut item pakai sunblock secukupnya, bawa payung dan jangan pakai pakaian mini..
![]() |
Gak ada buayanya kan? |
![]() |
ini kisah cintaku, sudah tau kan aku yang mana? wkwkwk |
Foto-foto berikutnya adalah foto-foto setelah camdig saya ambil dari tempat penitipan, kawasan Masjid yang tak kalah indahnya dengan mangrove yang di dalam masih bisa terekam dengan menggunakan camdig ini.. hehe
kalau ke Mangrove jangan pakai wedges atau heels yaa, dijamin nyangkut di kayu-kayunya, pakailah sendal/sepatu yang nyaman |
menikmati sore sambil baca buku.. huaaa pengen punya suasana rumah seperti ini kelak.. Amiin |
kalau ada secangkir teh hangat, nikmat dah nih.. wkwkkw |
Cara ke sana :
Ke halte busway Monas, bisa juga dari Harmoni, tapi kalau mau duduk sebaiknya dari Monas aja (perjalanan lumayan jauh) > turun di depan sekolah Buddha Tzu Chi, jangan malu2 bertanya sama abangnya dan bilang mau ke Mangrove, setelah sampai di Sekolah Buddha, turun dan jalan ke dalam sekitar 500 m, kadang ada angkot juga.
Estimasi biaya :
Busway : Rp. 3.500
BKTB : Rp. 2.500
Tiket masuk : Rp. 25.000
Angkot pulang : Rp. 10.000 (sampai Kota Tua)
Busway : Rp. 3.500
Makan : silakan estimasi sendiri, kami bawa bekal jadi gak tau harga makanan di restoran di sana
Tips :
1. Pakai Sunblock, di sana panas
2. Bawa payung, buat melindungi dari panas atau hujan
3. Jangan pakai wedges, heels atau flat shoes yang bikin kaki luka di bagian belakang. Pakai sendal/sepatu yang nyaman, karena jalannya terbuat dari kayu dan bambu yang gak rata, jangan sampai kamu nyiksa diri sendiri.
4. Bawa bekal aja, lebih murah dan sehat.. wkwkw
5. Gak usah bawa SLR atau camdig kamu kalo gak nyiapin uang Rp. 1.000.000 buat disumbangin ke mereka.. wkkwkw
6. Pulangnya gak usah naik BKTB, langsung naik angkot dari depan pintu gerbang kawasan wisata ini aja, angkotnya menuju Kota Tua, lebih memudahkan untuk mencari transportasi lain ke berbagai tujuan di Jkt. Knp saya sarankan seperti ini? karena katanya armada BKTB menuju PIK ini hanya ada 4 unit, jadi jarak waktu dia jemput penumpang lama, kalau kamu beruntung pas keluar langsung ada sih bagus, tapi kalau mesti nunggu lama kan gak enak juga, jadi saran saya mending ngeluarin duit lebih banyak (Rp. 10.000) buat naik angkot. Selain itu angkotnya menuju Kota, kamu bisa sekalian mampir main lagi di Kota Tua menikmati bangunan tempoe doloe kota Jakarta.
Sekian dan selamat berpetualang..
Salam Indonesia Indah ^^
Salam indonesia indah...hehehehe
BalasHapusmbak Julmiati boleh minta kontaknya? siapa tau bisa traveling bareng..
Hapusbisa mbak mau no rek BRI, BNI, MANDIRI atau BCA? wkwkwkkw
BalasHapus