Tadi malam, saya berdiri beberapa jam di pinggir jalan, berkali-kali berbicara dengan orang di seberang sana menggunakan ponsel di tanganku, saat itu saya kesal, bus yang akan kutumpangi menuju Mamuju terlambat, karena mogok, berkali-kali kutelpon supirnya dengan nada agak keras, dari seberang sana beliau hanya menjawab dengan nada sabar, tidak emosi sama sekali, berbeda denganku, "sabar ya bu, ini agak lama, nunggu bus pengganti datang, mau bagaimana lagi, kita juga sebenarnya tidak mau begini"..
Saya, saat itu, tidak bisa sabar, saya kesal, malam semakin larut, debu banyak beterbangan, saya sendirian dan besok mesti masuk kantor.. Emosi masih meradang dalam diri saya. Terbukti dari bergetarnya suara saya saat bicara dengan mama di telpon. Pengen nangis rasanya.
Singkat cerita, bus datang, lebih kurang sejam, sama seperti yang dikatakan pak supir, dia mengatakan semua apa adanya. Oh saya kagum pada pak supir ini, telpon terakhir saya dengannya, dia mengatakan bukan dia yang berangkat, karena mobilnya diganti, ah saya penasaran bagaimana wajah pak supir yang suaranya sabar banget ini.
Saat bus pengganti datang, masih ada sisa emosi dalam diri saya, saya memasang tampang jutek pada keneknya, yaampun saya menyesali itu hingga detik ini, salah orang ini apa sehingga saya begituin, dia juga hanya kerja, keadaan ini juga bukan disengaja..
Sampai di Mamuju, suasana hati sudah normal, mungkin karena sudah istirahat di bus.. Saya spontan ngucapin terimakasih pada kenek yang ngambilin barang dari bagasi, dia berbalik dan tersenyum.. 😊
Tuhan, saya percaya Tuhan pasti selalu menjagai mereka, Tuhan menyayangi mereka
Komentar
Posting Komentar