Kau tahu kawan? Tak ada pendakian gunung yang tak melelahkan. Dulu, pertama kali saya mendaki gunung, saya belum tahu apa-apa tentang bagaimana perlengkapan mendaki gunung yang benar, saya hanya menanti keindahan dan ingin disebut pernah mendaki. Saya mendaki dengan celana jeans dan tas yang bahkan biasa dipakai anak SMA pergi les. Capek? Tentu saja, lelah, kaki sampai bahkan wajah penuh debu, di tengah-tengah perjalanan ingin berhenti saja, turun. Tapi untungnya tak jadi, dan saya tetap bisa lanjut. Saya beruntung, tak ada hujan yang bisa membuat celana saya basah, dan tentu saja semua tahu jika celana jeans akan kering dalam waktu lama, saya beruntung karena tas saya tidak putus talinya di tengah jalan. Pendakian kala itu berakhir manis, dan penuh tawa saat turun ke bawah. Dan kali ini, saat sebuah proses yang kongruen dengan perjalanan pendakian itu, bisakah saya meminta padaMu Tuhan agar saya tetap mengingat bahwa tidak ada perjuangan yang menghianati hasil? Bisakah saya tetap tegar menghadapi segala keterjalan ini? Dan pada akhirnya setelah saya sampai di puncak, saya tetap mencintai puncak itu tanpa kecewa sama sekali apapun hasilnya? Bisakah Tuhan tetap menarik tangan saya ketika saya sudah merasa terlalu lelah akan semua ini?
Adek kecil, tukang parkir di depan ATM.. Dia mengangkat kardus yg dipakainya buat nutupin jok motor dan nerima duit seribu perak dari saya sambil bilang "terimakasih" dengan ekspresi kayak anak-anak baru dapat angpao lebaran, tak ada sedikitpun ekspresi lelah di tengah terik matahari jam dua belas siang tadi. Sesaat sebelum pergi saya memandanginya telah berteduh, adeknya ganteng ☺ tak kelihatan seperti orang susah, tampak seperti anak orang kaya yang terawat, dari postur tubuhnya mungkin dia kelas 4 atau 5 SD. Duh dek.. Dulu saya seusiamu kerjaan saya nongkrong depan tv dari jam 8 sampe jam 12 siang ngabisin kartun hari minggu, kamu masih kecil sudah harus bekerja..
Komentar
Posting Komentar